Budidaya Tanaman Rosella

 

TANAMAN rosela dapat tumbuh pada tanah regosol, aluvial, dan latosol dengan tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan pH 6–7. Tanaman ini akan berkembang optimal pada ketinggian 0–900 m di atas permukaan laut dan terbuka yang memiliki curah hujan cukup dengan musim kemarau nyata (klasifikasi B dan C menurut Schmidt Fergusson) dengan kelembapan 60–75%. Kebutuhan air pada tanaman muda cukup banyak, sedangkan pada tanaman dewasa yang berbunga kebutuhan airnya relatif sedikit.

Di lapangan tanaman rosela dapat ditumpangsarikan dengan tanaman pangan, tetapi umumnya rosela ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 1 m x 1,2 m atau 1,5 m x 1,5 m tergantung tingkat kesuburan tanahnya. Semakin subur tanah tempat budi daya, semakin lebar jarak tanamnya. Dengan demikian, populasi tanaman yang dibudidayakan mencapai 4.445 hingga 8.334 tanaman per hektare.

Kebutuhan benih rosela untuk membuat satu hektare pertanaman lebih kurang sebanyak 400 gram. Pada lahan-lahan datar dan agak miring, tanaman rosela dapat ditanam bersama dengan tanaman padi ladang atau jagung. Tumpang sari ini dapat berlangsung selama satu periode tanam padi atau jagung karena pada umur 4 bulan tajuk tanaman rosela sudah rimbun dan mulai berbunga.

Tanaman rosela diperbanyak dengan menggunakan benih yang diperoleh dari tanaman yang berproduksi tinggi dan sehat. Benih diambil dari buah rosela yang sudah tua yang dicirikan dari kulit buah berwarna cokelat.

Buah yang sudah dipisahkan dari kelopaknya dijemur di bawah sinar matahari selama tiga hingga lima hari. Bila buah sudah kering, buah akan pecah dan biji-biji dalam buah akan keluar.

Benih tersebut dapat langsung ditanam di lapangan atau disemaikan terlebih dulu dalam polybag. Bila benih langsung ditanam di lapangan, dalam satu lubang ditanam 3 buah benih. Benih yang ditanam di polibag memerlukan waktu 5–6 minggu untuk dapat dipindahkan ke lapangan.

Penanaman bibit rosela diawali dengan pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam. Tempat-tempat yang ditentukan untuk penanaman benih atau bibit digemburkan dengan menggunakan pacul.

Apabila memungkinkan pada tempat-tempat yang akan ditanami bibit tersebut diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 2 kg setiap lubang tanam. Pada penanaman dengan benih lubang tanam cukup dibuat dengan menggunakan tugal, sedangkan pada penanaman dengan bibit polibag, lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dua minggu sebelum bibit ditanam.

Masa penanaman bibit yang baik adalah pada awal musim hujan. Apabila bibit sudah ditanam, tetapi pada saat berikutnya tidak turun hujan, perlu dilakukan penyiraman dan pengurangan jumlah daun hingga 2–3 helai untuk mengurangi proses transpirasi.

Penanaman bibit rosela di lapangan dilakukan dengan urutan pekerjaan sebagai berikut. Bibit rosela dalam polibag diletakkan dalam lubang tanam dengan permukaan tanah dalam polibag rata dengan tanah bagian atas, kemudian barisan polibag diluruskan dengan barisan tanaman yang lain. Alas atau dasar polibag diambil dengan cara mengiris horizontal melingkar dan sisi atau dinding polibag diiris kanan-kiri dengan arah vertikal.

Pengisian lubang tanam dengan tanah dilakukan secara berangsur-angsur sambil mengeluarkan polibag dari lubang tanam. Tanah di luar kolom polibag dipadatkan secara hati-hati, sedangkan tanah dalam kolom polibag tidak boleh pecah, diinjak atau dipadatkan, karena dapat merusak perakaran yang telah tumbuh.

Bibit yang telah ditanam diperiksa secara intensif selama sekurang-kurangnya satu bulan. Bibit yang mati, pertumbuhannya kerdil atau terserang penyakit akar segera disulam. Penyulaman tanaman dilakukan sebaiknya masih dalam musim hujan periode yang sama.

Guna menunjang pertumbuhan tanaman agar tidak roboh pada saat berbunga, setiap tanaman perlu ditunjang dengan bambu yang cukup kuat.

Leave a comment